Sabtu, 31 Maret 2012

Tak Seindah Pelangi

Hai guys...! Nih mimin upload hasil karya tulis teman kita dari salah satu kelas di MAN Sidoarjo. Ini adalah karangan cerita yang menarik. Silakan simak dan baca:



Hari ini aku melihatnya lagi, lelaki itu selalu duduk di sana memandang hamparan kebun teh yang rindang bagai permadani. Sungguh sudah sebulan aku memperhatikannya jam 2 tepat dia sudah duduk di tempat itu, di bangku itu, di bawah pohon jambu itu. Apa dia tidak merasa bosan melihat setiap sudut kebun itu.
            “nis, ayo..kamu nggak kuliah” sapa Nanda membuatku terkejut
            “oh..eh iya”  jawabku tergagap
Jam kuliah sudah selesai namun pikiranku tetap tertuju pada lelaki itu, benar – benar membuat penasaran, apa enaknya sih duduk hampir 10 jam duduk di bangku itu, ah entahlah...
            “ngelamuuun terus” seloroh Nanda sambil menyenggol bahuku
            “eh..siapa juga yang ngelamun” elakku sambil menyeruput es jeruk favoritku
“alaaaah pake bohong lagi, udah ngaku aja, ngelamunin siapa sih? Cowok itu tadi ya? tebak Nanda tepat sasaran
“kamu kenal dia?” tanyaku dengan mata berbinar, mungkin saja Nanda mengenalnya dan tahu mengapa hampir setiap hari, pukul 2 cowok itu selalu disitu, sehingga aku nggak perlu lagi penasaran dan memandanginya dari belakang setiap hari
“kenal sih enggak, lagian juga sebelum kamu pindah kesini dia juga kayak gitu, pasti kamu mikir dia aneh, nggak ada yang tau apa alasan dia duduk disitu apa cari pesugihan gitu ya?  Sayang banget padahal cakep tapi kok kelakuannya aneh, eh menurut kamu dia udah punya pacar nggak ya?”
cerocos Nanda tanpa jeda membuatku semakin senewen, bagaimana tidak? aku tanya apa, dia nya njawab terus ga pake titik malah kebanyakan koma,
“idih maunya” jawabku gemes sambil mencubit hidung mancungnya
“awww..sakit tauk” teriak Nanda sambil mengusap hidungnya
“salah sendiri ditanya apa jawabnya ngaco kayak gitu, eh ngerasa nggak sih dia itu seperti...seperti..emmh menunggu sesuatu” jawabku sambil menerawang jauh
“bisa juga sih, tapi nunggu siapa?”
i dont know? Mungkin ceweknya yang lagi study jauh di belahan negara lain, terus dia nungguin dengan setia-nya sampai setiap hari dia tetap menunggu..menunggu..dan menunggu”
“huuuu..kebanyakan nonoton film deh, udah – udah jangan mikir yang enggak – enggak” ledek Nanda sambil melempar tissu bekas pakai.
# # #
Jam 2 tepat, hari ini sama seperti hari kemarin , tetap dengan laki – laki yang sama, duduk dan tetap menerawang kebun itu. Aku pun tetap sama, tetap memandangnya dari jauh, semakin membuatku penasaran sebenarnya apa yang membuat dia selalu duduk di bangku itu selama setahun atau mungkin lebih. Ini benar – benar aneh entah kenapa aku sangat tertarik dengan lelaki itu, padahal selama ini aku nggak pernah sekalipun tertarik dengan cucu Adam sekalipun itu bintang sekolah.
Semenit..dua menit..lima menit..tak terasa sudah satu jam aku melihatnya tanpa bosan, tanpa diduga dia berdiri dari bangkunya berjalan sebentar dan langsung terjatuh, melihat kejadian itu refleks aku berlari menghampirinya,
“hei...bangun” teriakku sambil mengguncang – guncang tubuhnya, namun matanya tetap tertutup, ku pegang pergelangan tangannya masih berdetak namun tidak beraturan mungkin dia pingsan batinku. Tanpa sadar aku memandang wajahnya, air mukanya tampak lelah tapi subhanallah ini merupakan lukisan terindah sang pencipta untuk ciptaannya  sungguh tidak ada cela sedikitpun di wajahnya pipinya,matanya,rambutnya,dan hidungnya sungguh sempurna Tuhan...ini cowok tampan banget. Sibuk mengamati wajahnya,  tanpa kusadari perlahan – lahan dia membuka matanya, tanpa berpikir panjang aku segera menjauh darinya dan menghentakkan kepalanya begitu saja di tanah
awwww..” teriaknya sambil memegangi kepala, pasti sakit pikirku namun apa mau dikata aku nggak mau di anggap cewek penguntit, dan secepat kilat aku berlari, namun lagkahku tiba - tiba terhenti, ternyata lelaki itu menarik tanganku,
“Carissa jangan pergi..aku mohon” ucapnya dengan suara lemah dan terengah – engah
Sedetik aku membeku melihatnya, aku menatap wajahnya dan baru kusadari dia memiliki sepasang bola mata biru, sungguh cantik entah apakah itu efek contact lens.Aku tetap menatapnya, dia pun sepertinya melakukan hal yang sama bahkan lebih dalam, tapi ups! sekejap mata dia langsung memelukku,
“Carissa..kamu kemana saja, aku kangen kamu, kamu nggak tau seberapa lama aku nunggu kamu” ucapnya sambil terisak, , lima detik berlalu aku merasa semua waktu terhenti saat memandangnya hingga aku sadar akan satu hal, hei! aku bukan Carissa, sadar semua ini hanya kesalah pahaman yang konyol, segera kulepaskan tangannya dari tubuhku. Selain aneh dan misterius harusnya kutambah satu sifat untuk dirinyasinting, ya! sangat sinting mungkin lebih tepatnya. Oh oke, dia tampan, dan bola matanya biru tapi untuk dipeluk? ah bisa – bisa image cewek murahan menempel permanen di jidatku.
“sungguh, aku bukan Carissa yang kamu maksud, maaf mungkin kau salah orang” jawabku dengan wajah memohon, supaya dia benar – benar percaya bahwa aku bukan Carissa. Lagian Carissa itu siapa sih? Pacarnya?? Atau ah..ini bukan waktu yang tepat memikirkan itu.
“nggak mungkin...nggak mungkin..kamu pasti carissa” isaknya sambil terduduk lemas sambil tetap memandang wajahku yang menandakan bahwa aku bukan carissa, lagian carissa itu siapa sih?
“maaf aku..aku hanya..” ucapnya lesu dengan wajah terlengkup
“sudahlah it’s okay” jawabku dengan senyum yang sedikit memancarkan ketakutanHari sudah sore, hari yang benar – benar keluar dari rencana awal yang hanya memandangnya dari belakang menjadi acara duduk bersama dia di bangku ini. Kutunggu hingga dia membuka suara tapi dia tetap terdiam.
# # #
“Aku nunggu Carissa” tanpa kutanya, akhirnya dia menceritakan sesuatu padaku. Sesaat dia terdiam, menatapku semenit dan mendesah pelan. Sudah satu bulan aku menemani Pelangi membawakan dia makan, bercerita ini itu meski akulah yang lebih banyak bercerita. Sesekali aku memperhatikan wajahnya, terkadang dia tersenyum mendengar cerita lucu yang aku buat tapi, ah.. andai saja mata biru-nya itu sedikit lebih bercahaya, pendaran cahaya di matanya redup, selalu seperti itu sejak aku pertama kali melihat matanya.
Setidaknya aku mempunyai beberapa fakta tentang dirinya, pertama dia bernama Pelangi, kedua dia duduk disini menunggu Carissa yang mata, senyum, dan cara bicaranya mirip sekali denganku, bedanya Carissa tidak memakai jilbab, dan yang ketiga mata birunya adalah mata asli bukan contact lens, bukankah itu hebat? Beberapa bulan lalu aku memandangnya, tapi sekarang aku mengetahui tentang dirinya, mungkin tidak semua tapi lumyanlah.
“Carissa, adalah cinta terakhirku” lanjutnya bercerita tetap dengan matanya yang kosong
“namun Carissa sudah tidak ada dia pergi aku yang ngebuat dia pergi dari dunia ini, disana” tunjuknya ke arah kebun teh, oh oke Carissa tepat seperti dugaanku Carissa adalah pacarnya, aku tetap termangu memandangnya tiba – tiba tentu ada sedikit rasa simpati untuk dirinya.
“disana aku bawa Carissa naik motor, kenceng banget Carissa bilang dia ingin mengejar angin membuatku memacu motor lebih cepat namun, tiba – tiba semua gelap dan saat terbangun melihat Carissa sudah meninggal. Dan semua ini gara – gara aku, andai saja aku tidak ngebut, andai saja. Sungguh, bukan masalah buatku jika Carissa tidak bersamaku, atau mungkin meninggalkanku, bagiku sudah cukup melihatnya bisa bernafas” matanya sendu butiran air mata menumpuk di sudut matanya dan hampir tumpah
“sshhh...kuat Lang lo harus kuat, ini semua kehendak Allah bukan salah kamu” hiburku sambil mengusap air matanya berkaca – kaca.
“Nisa...maukah kau membantuku menemukan lagi semagat hidupku?” ujar pelangi lembut. Suaranya menggetarkan sel – sel tubuhku. Aku menatapnya, mendapati matanya berkaca - kaca, bagiku melihat pelangi menahan mati – matian agar air matanya tak jatuh membuatku begitu memilukan.
Pelangi merengkuhku. Kali ini aku tidak menolaknya kurasakan kepedihan yang begitu mendalam terkubur dalam hatinya. Aku menumpahkan semua ari mata kesedihan, simpati. Aku berharap belum terlambat bagiku menjadi sosok sahabat yang benar – benar mendukung Pelangi. Aku akan membantunya mengatasi kesedihannya, aku akan menangis sekarang, tapi di kemudian hari aku akan membantunya. Entah dengan cara apa, aku belum tahu.
# # #
Sudah sebulan Pelangi tidak muncul, namun aku tetap menunggunya menunggu di bangku yang sama dan di jam yang sama,
            “ahhhhh..” dasahku panjang sungguh aku merindukan mata biru itu
            “Carissa” tiba – tiba suara itu memecah keheningan, ah suara itu.. aku menoleh dan kutemukan sosok Pelangi berdiri di sana. Aku berlari ke arahnya, menubruk tubuhnya dan segera memeluknya dengan erat.
            “apakah kau serindu itu padaku?” ucapnya sambil tersenyum geli menggodaku, jelas saja aku langsung melepaskan pelukanku.
            “idihh..gr kamu kemana aja sih, aku khawatir sama kamu, kamu nggak tau rasanya menunggu disini selama berhari – hari bahkan berbulan – bulan” ucapku sambil memukul lengannya keras – keras.
            “aduh..heihentikan ini menyakitkan” diraihnya tanganku, dan menarikku ke bangku. Tentu saja aku nggak sekalipun memandangnya, biar..biar dia tau rasa kesalku yang meluap - luap.
            “sudahlah, jangan marah ya” rayunya, oh tentu saja aku nggak mempan dengan rayuan yang seperti itu ayolaah beri aku lebih.
“lagipula aku tau rasanya” jawabnya sambil mencoba menghadapkan wajahku tepat lurus di wajahnya.
            “rasa apa?” jawabku dengan nada kesal dan melengos.
            “rasanya menunggu di bangku itu danbukan hanya sebulan tapi hampir beberapa tahun” ucapnya sambil menyentil hidungku
            “oh tentu, dan apakah ini sebuah pembalasan darimu” sergahku kesal
            “Carissa...bukan begitu” matanya yang biru terlihat layu, memohon untuk di maafkan
            “berhenti memanggilku Carissa” sergahku kasar, oh hei! Dia membuat seakan – akan namaku kurang bagus saja.
            “ayolah kita sudah pernah membicarakan ini, itu nama spesial untukmu, karena aku teman spesial untukmu setidaknya bolehakan aku memanggilmu dengan nama yang spesial juga”
Aku mencibir, karena tidak dapat memikirkan kata – kata yang tepat untuk membalasnya.
            “Carissa, aku akan pergi” nafasku tercekat saat Pelangi mengatakan kata – kata itu.
            “kemana?” tanyaku heran, hei! Kau baru datang dan begitu saja bagaimana bisa dengan mudahnya kau mengatakan akan pergi lagi.
            “entahlah, tapi aku akan pergi jauh” jawabnya menerawang ke langit namun bola matanya tak lagi kosong, pendar cahaya telah bertaut di kedua bola matanya
            “apa lama?” tanyaku mulai luluh. Tapi belum selumer es krim yang diletakkan di permukaan gurun sahara
            “ya mungkin, mungkin sangat lama?” wajahnya tampak begitu serius.
            “jangan pergi” rajukku menarik lengan tangannya.
“Carissa, apakah kau mulai mencintaiku?” kekeh pelangi geli.
“hanya di mimpimu” jawabku mengkel sambil menginjak kakinya, kulihat dia meringis kesakitan.
“nisa..terimakasih” ah, dia memanggil namaku dengan paduan senyumnya yang indah, yakin deh jantung bakalan copot kalau nggak sering – sering olahraga.
            “untuk apa? bahkan aku belum melakukan apa – apa untukmu” tanyaku heran
            “untuk perhatianmu yang menyadarkanku bahwa hidup itu indah. Nisa, aku kesini hanya ingin mengatakan kalau aku mencintaimu” ucap pelangi tulus, aku terpaku pada pendar mata birunya, tubuhku seperti teraliri listrik 1000 volt saat menatap matanya, tidak perlu menjadi Einsten untuk tahu bahwa ini bukan sekedar lelucon.
            “tapi mulai sekarang aku tidak akan mencintaimu” setelah di aliri 1000 volt aliran listrik, kali ini petir menyambar tepat di kepalaku.
“tapi..kena..pa?” suaraku tercekat dan begitu saja air mataku menetes perlahan.
“sssh..biarkan aku melanjutkan kalimatku” ucap pelangi sambil mengusap tetes air mataku yang mulai jatuh.
“aku tidak ingin meninggalkan kamu dengan rasa sakit” aku berusaha mencari – cari kebohongan di matanya, tapi nihil.
 “bagiku, kamu adalah orang yang luar biasa. Aku merasa bersyukur dan beruntung untuk bertemu seseorang sepertimu. Nisa, bisakah kau berjanji bahwa kamu akan berbahagia untukku?”Aku hanya menggeleng dan terisak pelan, Pelangimenyentuh kedua pipiku, dan aku tetap terisak, menutup wajah dengan kedua tanganku.
“kamu pasti bisa nisa” ucapnya lirih
            “nisa..nisa..bangun” suara Nanda membangunkanku, aku terbangun dan mengerjapkan mata, aku merasa bahwa tadi pelangi disampingku, apakah dia meninggalkanku lagi? Sungguh, awas saja kalau ketemu akan kulancarkan aksi ngambek-ku selama 10 menit, oh tidak itu terlalu mudah untuknya mungkin 20 menit, atau 15 menit saja menurutku sudah cukup. Akan kutunggu mata birunya berubah sendu dan memohon agar aku mau menerima maaf nya.
            “eh Nanda, kamu ngapain disini?” tanyaku masih setengah nggak sadar
            “kamu yang ngapain disini?” tanya Nanda heran
            “aku...aku nunggu pelangi?” mata Nanda lagsung melotot begitu aku menyebut nama Pelangi.
            “ikut aku” seret Nanda menarik tanganku, entah kemana Nanda akan membawaku pergi, hingga dia berhenti di salah satu gundukan tanah, ya sebuah pemakaman, Nanda membawaku ke sebuah pemakaman, apa otak sahabatku ini mulai rusak?.
            “kamu kenapa sih bawa aku kesini” segera aku membalikkan badan mencoba menjauh, namun seketika itu Nanda menahan langkahku,
            “Nisa...lihat ini, pelangi udah pergi sa, dia udah pergi, dia nggak mungkin kembali” teriak Nanda tepat di depan wajah ku tampak matanya basah dan sekuat itu dia meyakinkanku. Ah kekonyolan macam apalagi ini?
            “Pelangi masih hidup, kamu kenapa sih Nda? Kamu nggak suka aku deket sama Pelangi?” jawabku kesal sambil menahan getir, entah apa yang ada di pikiran Nanda sehinggaseakan – akan dia harus menjauhkanku dengan Pelangi.
            “plaaaak!!” tamparan keras mendarat di pipi sebelah kananku
            “lihat itu Nis...lihat nisan itu” kuperhatikan nisan yang di  maksud Nanda bagai kubaca perlahan,
            Pelangi Ardiansyah
            Lahir   : 06 Januari 1993
            Wafat   : 09 Agustus 2011
Ini nggak mungkin, Pelangi masih hidup tadi dia duduk sama aku, Pelangi bilang sama Nanda ini semua bohong,bilang sama Nanda kalau ini cuma leluconmu. Iya kan Pelangi? Kamu masih hidup kan? Ayolah jangan bermain seperti ini, keluarlah, Kamu masih disana kan Pelangi? Kamu belum pergi kan? Pelangi jawab aku!!.
Oleh
XI IPA 1

0 comments:

Posting Komentar

*.* Aliyah State school is a peace zone, we have no tolerance for : drugs, alcohol, smooking, verbal abuse, emotional abuse, physical abuse. *.* through discipline, responsibility, and assertiveness, we will always protect our school community.
Untuk mengirim artikel/ naskah silakan kirim di intra.mansda@gmail.com dan jangan lupa cantumkan identitas kelas di artikel yang dikirim!